(Lintasmelayu.com) - 9 Dzulhijjah 1444 Hijriyah adalah Hari Arafah, hari yang sangat mulia. Di hari itulah dilaksanakan ritual wukuf di Arafah, yang merupakan rukun haji yang terpenting. Hingga Nabi Muhammad SAW bersabda:
الحج عرفة Al Hajju 'Arafah, “Haji itu Arafah.”
Begitu pentingnya wukuf di Arafah, jamaah haji yang sakit parah sekalipun tetap harus melaksanakan wukuf di Arafah, tidak boleh tidak, demi keabsahan ibadah hajinya.
Hari Arafah adalah hari yang istimewa dan memilki banyak kemuliaan yang luar biasa. Di antaranya;
Hari Arafah adalah hari terkabulnya doa dan doa di Hari Arafah adalah doa terbaik. Sahabat Abdullah bin Amr RA meriwayatkan dari Nabi Muhammad SAW, bersada:
*خَيْرُ الدُّعاءِ دُعاءُ يَوْمِ عَرَفَةَ، وَخَيْرُ مَا قُلْتُ أَناَ وَالنَّبِيُّوْنَ مِنْ قَبْلِيْ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ لَهُ المُلْكُ وَلَهُ الحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ
"Sebaik-baik doa adalah doa hari Arafah, dan sebaik-baik ucapan yang aku dan para nabi sebelumku ucapkan adalah La ilaha illallah wahdahu la syarika lah, lahul mulku walahul hamdu wahuwa ‘ala kulli syaiin qadir.” (HR At Tirmidzi, no 3585)
Hari Arafah adalah hari pembebasan dari api neraka. Ummul Mukminin, Aisyah RA RA berkata, “ Sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda:
*مَا مِنْ يَوْمٍ أَكْثَرَ مِنْ أَنْ يُعْتِقَ اللَّهُ فِيهِ عَبْدًا مِنَ النَّارِ مِنْ يَوْمِ عَرَفَةَ وَإِنَّهُ لَيَدْنُو ثُمَّ يُبَاهِى بِهِمُ الْمَلاَئِكَةَ فَيَقُولُ مَا أَرَادَ هَؤُلاَءِ*
“Tidak ada hari yang Allah lebih banyak membebaskan seseorang dari neraka melebihi hari Arafah. Sesungguhnya Allah akan mendekati mereka lalu akan menampakkan (membanggakan) keutamaan mereka pada para malaikat, kemudian Allah berfirman, Apa yang mereka inginkan?” (HR Muslim no 1348).
Hari Arafah adalah hari yang dibanggakan Allah ketika melihat para hamba-Nya bersungguh-sungguh beribadah dan bertaubat.
Di dalam riwayat lain, Allah sangat bangga dengan hamba-hamba-Nya yang melaksanakan wukuf di Arafah.
Dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin Al ‘Ash RA, dia berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda:
إِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ يُبَاهِى مَلاَئِكَتَهُ عَشِيَّةَ عَرَفَةَ بِأَهْلِ عَرَفَةَ فَيَقُولُ انْظُرُوا إِلَى عِبَادِى أَتَوْنِى شُعْثاً غُبْراً
"Sesungguhnya Allah berbangga di hadapan para malaikat-Nya pada sore Arafah, dengan orang-orang (yang wukuf) di Arafah, dan berfirman, “Lihatlah keadaan hambaku, mereka mendatangiku dalam keadaan kusut dan berdebu.” (HR Ahmad, II/224. Menurut Syekh Al Arnauth, sanadnya La ba'sa bihi, masuk dalam katagori hadits yang masih bisa diterima).
Hari Arafah adalah pengampunan dosa. Dari Qatadah Al Anshari RA, dia berkata:
وَسُئِلَ عَنْ صَوْمِ يَوْمِ عَرَفَةَ فَقَالَ يُكَفِّرُ السَّنَةَ الْمَاضِيَةَ وَالْبَاقِيَةَ
Nabi SAW
ditanya tentang puasa hari Arafah, beliau menjawab: “Menghapuskan dosa tahun lalu dan tahun yang akan datang.” (HR Muslim, no 1162).
Bayangkan puasa di hari Arafah yang hanya 1 hari (bahkan hanya sekitar 14 jam untuk kita di Indonesia) dapat mengampuni dosa 730 hari. Allahu Akbar!
Momentum muhasabah
Rasulullah SAW manusia yang telah mendapatkan jaminan pengampunan dosa, telah memberikan keteladanan yang luar biasa. Di hari Arafah seperti ini, ketika beliau wukuf di Arafah dalam haji wada, beliau berdoa menengadahkan kedua tangannya dalam waktu yang sangat panjang sekali, sejak masuk waktu Zhuhur hingga terbenam matahari.
Kalau dihitung sekitar enam jam, Nabi SAW berdoa, tanpa diselingi dengan kegiatan atau kesibukan yang lain, sekali lagi hanya berdoa dan munajat kepada Allah, padahal Allah telah melindungi beliau dari dosa dan mengampuni kesalahannya.
Bagaimana dengan kita yang blepotan dengan dosa? Bagaimana dengan kita yang masih banyak salah dan khilaf? Bukankah, seharusnya jauh lebih panjang dalam berdoa dan memohon ampunan Allah?
Hari Arafah ini adalah momentum terbaik bagi seluruh elemen negeri untuk introspeksi diri (muhasabah) dan bersimpuh diri kembali kepada Allah, mengharap ampunan Ilahi dan melepas semua keburukan dan kezaliman (taubat).
Lafazh 'Arafah dalam bahasa Arab berasal dari kata 'arafa yang bermakna mengetahui, mengenal dan mengenali. Karena itu, ritual wukuf di Arafah, dapat dimaknai oleh setiap muslim sebagai momentum untuk 'arafa nafsahu, mengenal diri masing-masing, dari apa dan untuk apa ia diciptakan oleh Allah.
Pengenalan diri yang kuat dapat menjauhkan manusia dari sifat sombong, takabbur dan egois. Pengenalan diri yang baik dapat memotivasi seseorang untuk tampil menjadi manusia yang amanah dan memiliki mas'uliyah (tanggung jawab).
Karena itu, wukuf di Arafah, bagi jamaah haji maupun non jamaah haji, keduanya diharapkan untuk memanfaatkannya sebagai ritual penguatan sisi spiritual. Dengan memperbanyak ibadah, seperti puasa (bagi non jamaah haji), istighfar, dzikir dan doa serta menangisi dosa-dosa dan mengharap ampunan dan rahmat Allah Ta'ala.
Sementara kata wuquf, dalam bahasa Arab berasal dari kata waqafa yang berarti berhenti dan diam. Hal ini memberikan pelajaran penting kepada kita, untuk menjadikan momentum wukuf di Arafah untuk berhenti dan tidak melampaui batas-batas Allah SWT.
Mulai dari pemimpin dan pejabat hingga masyarakat harus wukuf, berhenti dari berbuat zalim. Berhenti dari KKN (Korupsi, Kolusi dan Nepotisme) dan tipu menipu serta semua keburukan yang dapat menenggelamkan kapal besar kita yang bernama "Indonesia".
Imam Ibnu Rajab menyebutkan riwayat yang dinisbatkan kepada Imam Fudhail bin 'Iyadh, berkata, "Barangsiapa belum berkesempatam Wukuf di Arafah,_ maka hendaknya ia wuquf (berhenti/tidak melampaui batas) pada batasan-batasan Allah yang ia ketahui.
Barangsiapa tidak sempat mabit (bermalam) di Muzdalifah, maka hendaknya ia memabitkan (meniatkan dari malam) tekadnya untuk taat kepada Allah supaya dapat selalu dekat kepada-Nya.
Barangsiapa tidak mampu menyembelih hadyu (hewan sembelihan) di Mina, maka hendaknya ia sembelih hawa nafsunya di sini agar sampai kepada muna (keinginan dan cita-citanya).
Dan barangsiapa tidak dapat sampai ke Baitullah karena jarak yang jauh, maka hendaknya ia menjadikan Rabbu'l Bait (Tuhan Baitullah/Kabah) sebagai tujuannya, karena sesungguhnya Dia (Allah) lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya".
Semoga Allah mudahkan kita semua untuk wuquf; intropeksi diri dan berhenti dari segala keburukan sehingga menguat spiritual dan hubungan sosial kita, dan kita semua meraih kebaikan dunia dan akhirat, Aamiin***(red)_
إرسال تعليق