Pekanbaru - Lintas Melayu
Dinas Kesehatan provinsi Riau mencatat kasus malaria di Riau paling banyak ditemukan di Kabupaten Rokan Hilir (Rohil). Dimana temuan kasus malaria di Rohil tersebut mencapai 95 persen dari total kasus malaria di Riau.
Kepala Dinas Kesehatan Riau Zainal Arifin mengatakan, pada tahun 2022 total kasus malaria di Riau mencapai 1.811 kasus. Dari jumlah tersebut, sebanyak 1.717 kasus malaria ditemukan di Kabupaten Rohil. Kemudian sisanya tersebar di beberapa kabupaten/kota lainnya.
"95 persen kasus malaria di Riau ditemukan di Kabupaten Rohil, tepatnya di Kecamatan Panipahan. Sisanya tersebar di beberapa kabupaten/kota lainnya," ujar Zainal, Sabtu (14/10/2023).
Lebih lanjut dikatakannya, temuan kasus malaria di daerah lainnya tersebut seperti Kuansing empat kasus, Indragiri Hulu satu kasus, Pelalawan dua kasus, Kampar tujuh kasus, Bengkalis tiga kasus, Kepulauan Meranti satu kasus, Pekanbaru 68 kasus dan Dumai delapan kasus.
"Sementara hingga Mei tahun 2023, temuan kasus malaria di Rohil sudah mencapai 300 kasus. Kuansing satu kasus, Indragiri Hulu satu kasus, Indragiri Hilir empat kasus, Bengkalis satu kasus dan Pekanbaru 10 kasus," paparnya.
Disebutkan Zainal, tren kasus malaria di Riau dari tahun 2018-2020 cenderung mengalami peningkatan, kemudian tahun 2021 menurun dan kembali meningkat ditahun 2022. Dimana untuk tahun 2018 ditemukan 74 kasus malaria di Riau.
"Selanjutnya pada tahun 2019 ditemukan 137 kasus, tahun 2020 1.740 kasus, tahun 2021 ditemukan 897 kasus, tahun 2022 ditemukan 1.811 kasus dan tahun 2023 hingga Mei mencapai 317 kasus," sebutnya.
Untuk diketahui, malaria adalah penyakit infeksi menular yang dapat menyebar melalui gigitan nyamuk Anopheles betina. Hampir sama dengan gejala demam berdarah, malaria umumnya ditandai dengan demam dan menggigil selama beberapa hari.
Malaria adalah kondisi yang bisa disembuhkan dengan pengobatan yang tepat. Apabila tidak ditangani dengan baik, penyakit ini dapat menyebabkan beberapa komplikasi bahkan kematian(mcr)
إرسال تعليق