Mengenal Cicit Datuk Laksamana Raja di Laut Lewat Hidangan Tradisionalnya

PEKANBARU,(lintasmelayu.com)  Lempeng sagu dan roti canai, tak pernah lekang dari masyarakat Melayu pesisir, khususnya di Riau. Kedua jenis kuliner khas Melayu ini telah menjadi identitas yang melekat bagi Melayu pesisir sejak lama.

Kami disuguhi kedua makanan khas Melayu itu, dan segelas kopi O saat berkunjung di Kedai Kopi Laksamana Bengkalis, di Jalan Surabaya, Pekanbaru,  Di sini, makanan tradisional dipertahankan rasa aslinya, tapi dikemas dengan konsep modern.

Saat menyeruput kopi tanpa gula itu, rasanya lebih ramah di lambung, tidak asam, tapi tidak juga terlalu pahit. Ini sudah pasti bukaan robusta atau arabika. Tapi jenis kopi tanah gambut yang khas, Liberika.

“Kopinya kami bawa langsung dari Bengkalis,” kata Yudi Anhar, Owner Kedai Kopi Laksamana Bengkalis.

Selain menyeruput kopi, kami juga mencicipi roti canainya. Rasanya tentu berbeda dengan roti canai Malaysia, atau roti canai yang biasa ada di kebanyakan tempat sarapan pagi pada umumnya.

Rasanya lebih gurih, rotinya sedikit kenyal dan tebal, disajikan dengan kuah kari ayam khas Melayu pesisir. Rasa karinya lebih kuat, aroma kunyit dan serai cukup terasa, berpadu dengan rasa pedas spesial dari cabai kering. Kesan tradisional sudah mendominasi dari rasanya.

Setelah menyantap roti canai, kini giliran lempeng sagu yang harus kami sentuh. Bentuknya seperti pizza, bertekstur kasar pada bagian kulit luar. Warnanya putih kecoklatan, lebih kenyal, karena terbuat dari bahan dasar tepung sagu dan parutan kelapa. Lempeng sagu ini, disajikan dengan mangkok sambal teri basah yang juga terbuat dari cabai kering.

Perpaduan rasa gurih sedikit manis didapat dari parutan kelapanya dan garam. Sedangkan kenyal dari sagunya, membuat lempeng ini tak meninggalkan ciri khas tradisional yang diusung. Dicocol dengan sambal teri, rasa pedas, manis, gurih, berpadu dalam satu gigitan.

Hadirnya Kedai Kopi Laksamana Bengkalis, kian menambah khasanah perkulineran di Pekanbaru yang kian beragam, dan banyak pilihan. Setiap rasa punya seleranya sendiri-sendiri, setiap jenis makanan punya segmentasi pasar masing-masing, dan masakan khas Melayu Riau, wajib hadir dalam pilihan itu. Semangat ini lah yang diusung Yudi, lewat hadirnya kedai kopi ini.

“Tahun 2021 saya sudah pernah bikin kedai kopi serupa di Jalan Paus. Tapi karena pandemi kami harus tutup. Sekarang kami hadir kembali di tempat baru,” tuturnya.

Nama Laksamana Bengkalis yang tersemat di kedai kopi ini, memiliki makna tersendiri bagi Yudi. Jika ditarik secara garis keturunan, Yudi Anhar adalah salah satu dari cicit Datuk Laksamana Raja di Laut dari Bengkalis. Artinya, Datuk Laksamana adalah buyutnya (enyang, dalam bahasa Melayu pesisir Riau). 

Dalam hikayatnya, Datuk Laksamana Raja di Laut adalah bertugas sebagai tentara laut, atau penjaga laut, atau pesisir Selat Malaka dari kawanan penyamun (perompak) atau penjajah di zaman Kesultanan Siak. Secara silsilah, dia bukan keturunan raja atau kerabat raja. Di tahun 2000-an, nama Datuk Laksamana Raja di Laut kian populer lewat lagu Melayu yang dipopulerkan oleh penyanyi kondang Iyeth Bustami.

“Saya salah satu cicitnya. Kalau silsilah keturunan kita banyak tingkatannya,” tutur Yudi.

Di Kedai Kopi Laksamana Bengkalis, menyajikan berbagai masakan khas Melayu. Selain lempeng sagu, roti canai dan kopi O, di sini juga tersedia lontong Bengkalis, lontong sayur serundeng dan mie belacan, salah satu menu unik di kedai kopi ini.

“Mie kuning yang ditumis dengan terasi, lalu campur dengan berbagai jenis seafood. Sedangkan kopi O Bengkalis karena memang itu ciri khas Bengkalis. Rasanya memang berbeda dengan kebanyakan kopi di kedai kopi pada umumnya,” ujar Yudi.

Sejauh ini, kata Yudi, respon customer cukup positif dengan berbagai menu masakan Melayu yang disuguhkan Kedai Kopi Laksamana Bengkalis. Bagi pelanggan yang ingin menu biasa juga tersedia di sini, seperti nasi goreng, mie goreng, mie rebus.

Yudi mengakui bahwa makanan khas Melayu memang di Pekanbaru, tidak semua orang tahu, dan tidak semua orang pernah mencicipi. Padahal, dari sisi rasa, cenderung cocok untuk semua kalangan. Terlebih, beraneka ragam kuliner Melayu Bengkalis. Oleh sebab itu, Yudi menjamin bahwa masakan di kedai kopi ini pastinya berbeda dari yang lain.

“Pada dasarnya, siapapun boleh makan. Karena dari sisi selera lebih menarik, mulai dari rasa hingga penyajiannya yang unik,” tuturnya.

Dia berharap kuliner khas Melayu Riau, khususnya masakan Bengkalis kian populer, dan mampu bersaing di tengah gempuran beragam kuliner modern di Pekanbaru saat ini. Kendati demikian, dia menyadari bahwa semangat itu harus dimulai, terutama dari masyarakat Bengkalis yang berada di perantauan.(Red)

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama